Rabu, 23 November 2011

shitlicious: Mamaku Seorang Penjual Jamu

shitlicious: Mamaku Seorang Penjual Jamu: Oke.. Hujan malem ini yang mengguyur Jakarta, mendadak bikin gue agak males buat ngaco dan bercanda dengan kerasnya kota ini.. Mendadak gue ...

Minggu, 13 November 2011

LINGKUP ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA


  • Bayi Baru Lahir Normal
  • Bayi Baru Lahir Bermasalah

  • Kelainan-Kelainan Pada Bayi Baru Lahir

  • Trauma Pada Bayi Baru Lahir
  • Neonatus Beresiko Tinggi
  • Kegawatdaruratan 
  • Neonatus, Bayi Dan Anak Balita Dengan Penyakit Yang Lazim Terjadi

 I. BAYI BARU LAHIR NORMAL

A.   Definisi

Bayi lahir melalui proses persalinan sampai dengan usia 4 minggu dengan usia gestasi 38 – 42 minggu dan mampu menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin.       

B.   Pembagian
1.        Neonatal dini
2.        Neonatal lanjut

C.   Tanda-tanda BBL Normal

1.        Berat badan 2.500 – 4.000 gram.
2.        Panjang badan 46 – 50 cm.
3.        Sudah terbentuk lapisan lemak di bawah kulit.
4.        Kulit halus dan hampir tidak ada lanugo.
5.        Terdapat verniks caseosa.
6.    Kuku melebihi ujung jari

D.   Penanganan Bayi Baru Lahir

1.        Bersihkan jalan nafas
Kebanyakan bayi baru lahir akan bernafas spontan tanpa bantuan, dewasa ini masih banyak bidan yang secara rutin berusaha keras untuk membuat bayi bernafas, atau membersihkan jalan nafas (mengeluarkan lendir) dengan menggunakan alat penghisap lendir. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi tidak memerlukan tindakan tersebut (Tyson, Silverman de reisch, 1989). Tidak ada bukti bahwa aspirasi rutin jalan nafas BBL memberikan keuntungan (Tyson, 1992) bahkan akan dapat membahayakan jiwa (bila tidak dilakukan dengan benar).
Memasukkan suatu alat ke jalan nafas BBL, terutama untuk melakukan penghisapan lendir di daerah farink harus dikerjakan dengan melihat secara langsung (Carasco, Martell dan Estol, 1997).
2.        Memotong dan merawat tali pusat
-     Penjepitan dan pemotongan tali pusat
       Untuk menjepit dan memotong tali pusat sering dikaitkan dengan manajemen kala III dan pemberian obat oksitisoka. Diketahui bahwa saat untuk melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat akan mempengaruhi jumlah darah yang mengalir pada BBL dari sirkulasi feto-plasental (oh, blandkenship & lind, 1996).
Karena itu direkomendasikan 1 – 2 menit untuk memotong tali pusat, ketika tali pusat telah berhenti berdenyut. Hal itu akan memberi kesempatan bagi bayi untuk mendapatkan jumlah darah yang cukup dari sirkulasi plasenta sehingga menghindari anemia pada neonatus.
Sebelumnya orang mengira bahwa penggunaan obat oksitosika pada manajemen kala III, tali pusat perlu dijepit dan dipotong segera setelah bayi lahir. Alasannya untuk lebih cepat menjepit dan memotong tali pusat adalah menghindari aliran darah yang berlebihan memasuki sirkulasi darah bayi, pada saat uterus berkontraksi. Pemberian obat oksitosika menyebabkan kontraksi uterus yang kuat dan mengakibatkan darah lebih banyak dialirkan atau mengakibatkan tranfusi berlebih. Namun sekarang diketahui bahwa kebanyakan BBL yang cukup umur dan sehat dapat beradaptasi baik dengan transisi ini dan tidak akan mengalami efek samping yang membahayakan. Oleh karena itu tidak ada keuntungan dengan menjepit dan memotong tali pusat secara dini (dunn, frasser dan raper, 1996, dunn 1985, hofmann, 1985). Namun penjepitan dan pemotongan secara dini dianjurkan untuk kasus tertentu, misalnya pada ibu dengan resus negatif. Dengan menjepit dan memotong tali pusat secara dini akan mengurangi resiko auto imunisasi pada ibu dengan resus negatif dan mencegah transfer antibody dari sirkulasi ibu. Namun suatu studi menemukan bahwa penjepitan dan pemotongan tali pusat dini akan berakibat darah dari janin (plasenta) masuk kembali ke sirkulasi darah ibu yang mengakibatkan sensitisasi lebih lanjut dan produksi antibody pada ibu lebih banyak (lapido, 1972). Penjepitan dan pemotongan tali pusat dini juga dianggap dapat mengurangi insiden ikterus fisiologis pada BBL (prendville, harding dkk, 1985, moss & monset couchard, 1967). Ada bukti yang menyatakan bahwa penjepitan dan pemotongan tali pusat dini dapat menganggu pemenuhan kebutuhan hemoglobin BBL dengan membatasi jumlah aliran darah ke BBL (hofmann, 1985). Ini sangat penting bagi BBL dengan berat lahir rendah, premature dan sebelumnya mengalami gawat janin.
Para ahli WHO menyimpulkan : untuk persalinan normal tidak ada indikasi untuk melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat dini. Dianjurkan untuk menunda penjepitan dan pemotongan tali pusat sekurang-kurangnya 1 – 2 menit untuk memungkinkan proses fisiologis yang alami, terjadi kecuali ada alasan kuat yaitu pada resus autoimunisasi (WHO, 1996).
Banyak peneliti yang menyimpulkan bahwa perlu penelitian lebih lanjut untum mengetahui saat yang tepat melakukan penjepitan dan pemotongan tali puat. Karena menunda menjepit dan memotong tali pusat dapat menambah jumlah darah yang mengalir ke bayi, maka para ahli WHO merekomendasikan bagi negara-negara Asia Tenggara karena kejadian BBLR yang tinggi.
-     Merawat tali pusat
Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat. Telah dilaksanakan beberapa uji coba klinis untuk membandingkan cara penanganan tali pusat yang berbeda-beda dan semuanya menunjuk-kan hasil yang serupa.
Suatu studi yang dilakukan oleh Brain (1993), menunjukkan bahwa dengan apus alkohol dan diikuti taburan bedak antiseptik dapat mempercepat waktu lepasnya tali pusat. Tapi pada suatu uji coba klinis besar, ditemukan bahwa meskipun bedak antiseptik dapat mempercepat pelepasan tali pusat lebih dini, namun luka bekas tali pusat tersebut lebih lama sembuhnya (mungford, somchicwong den waterhouse, 1986).
Untuk diwaspadai bagi negara-negara yang beriklim tropis, peng-gunaan alkohol yang populasi dan terbukti efektif, di daerah panas alkohol mudah menguap dan terjadi penurunan efektifitasnya. Bedak antiseptik juga dapat kehilangan efektivitasnya terutama dalam suasana kelembaban tinggi (bila tidak selalu dijaga biar selalu dingin dan kering), sehingga penggunaan bahan tersebut mengakibatkan peningkatan infeksi.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup dan hanya membersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara paling efektif untuk  perawatan tali pusat. Penting dinasehatkan kepada ibu dan mereka yang membantu merawat bayi agar tidak membubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan tetap terbuka dan kering.
3.        Mempertahankan suhu tubuh bayi
  • Sebagian besar hanya membutuhkan ruangan yang hangat, bersih dan observasi ketat. Segera berikan pada ibu untuk dihangatkan tubuhnya dan mendapatkan ASI (WHO, 1998), dengan pelayanan dari petugas kesehatan yang terlatih dan penuh perhatian. Hanya sebagian kecil BBL yang membutuhkan bantuan dalam melewati masa transisi kehidupan ekstra uterin. Dengan demikian penemuan secara dini dan tindak lanjut segera sangat dibutuhkan.
  • Memberikan ASI kepada bayi sesegara mungkin setelah lahir, idealnya 1 jam pertama juga merupakan perlindungan efektif bagi BBL terhadap infeksi dan membantu mencegah kehilangan panas serta penurunan kadar glukosa darah, yang dapat mengakibatkan hipotermi (Van den bosch dan bulough, 1990, WHO/UNICEF, 1 989).
  • Kehangatan merupakan masalah penting karena banyak BBL mengalami kesulitan untuk mempertahankan suhu badannya. Oleh karena itu disarankan agar semua BBL segera dikeringkan untuk dibungkus dengan kain yang sebelumnya dihangatkan dahulu. Memandikan bayi sebaiknya ditunda, sampai BBL mampu mengatur suhu tubuhnya degnan lebih baik. Penundaan dilakukan sampai ibu telah menyusui bayinya. Beberapa ibu mungkin tidak bisa menerima hal ini terutama telah apabila ada darah di kulit di kepala bayi.
  • Pada keadaan tersebut, disarankan untuk membersihkan secepatnya dengan menggunakan air hangat/minyak, keringkan bayi dengan cepat dan bungkus bayi (pastikan daerah kepala tertutup) dengan kain yang dihangatkan terlebih dahulu. Kemudian berikan bayi pada ibunya untuk dipeluk atau berikan ASI pada bayi (meskipun bayi tertutup kain, suhu tubuh ibu akan memberikan kehangatan bagi bayi).
  • Sulit untuk menilai suhu tubuh bayi dengan termometer, tempat terbaik untuk menilai apakah suhu tubuh bayi baru lahir dingin/tidak adalah dengan meraba abdomen bayi dan merasakan dingin/tidak.
4.        Identifikasi yang cukup
  • Apa bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya lebih dari satu persalinan maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan pada setiap BBL dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
*     Peralatan identifikasi BBL selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
*     Alat yang digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, tidak mudah lepas.
*     Pada alat/gelang identifikasi harus mencakup :
-     Nama (bayi, nyonya)
-     Tanggal lahir
-     Nomor bayi
-     Jenis kelamin
-     Nama lengkap ibu
*     Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nama identifikasi.
  • Sidik telapak kaki dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Sidik telapak kaki bayi harus oleh personil yang berpengalaman menerapkan cara ini dan dibuat dalam catatan bayi.
  • Upaya pencegahan infeksi pada BBL dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)    Letakkan bayi di dada ibu.
*     Kontak kulit bayi dan ibu sedini mungkin telah lahir menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran cerna bayi dengan mikroorganisme ibu (cenderung bersifat non patoge) dan zat antibody yang sudah terbentuk dan terkandung dalam ASI.
*     Bayi akan terpapar secara dini sekaligus, terlindung dari organisme-organisme tersebut yang kekebalan aktifnya baru terbentuk di kemudian hari.
2)    Lakukan rawat gabung ibu dan bayi
*     Bayi ditidurkan di tempat tidur ibu atau berpisah, tetapi masih pada satu ruangan dengan tujuan supaya ibu bebas dan mudah dalam merawat bayinya.
*     Membiarkan bayi dengan ibunya serta memberi kesempatan ibu merawat bayinya dapat menghilangkan bahaya bayi terkena infeksi silang.
3)    Perawatan mata (pencegahan dan tindakan pada infeksi mata BBL)
*     Tanda-tanda
-      Terdapat tanda-tanda konjungtivitis disertai kotoran mata (pus) selama 2 minggu pertama setelah lahir.
-      Biasanya timbul 2 – 5 hari setelah lahir/akhir minggu ke 2 (hari ke 13)
-      Kedua kelopak mata bengkak
-      Mata merah disertai nanah/pus
*     Penyebab
-      Neiserria gonnorhoea dan clamidya trachomatis
-      Infeksi karena gonococcus komplikasi dapat lebih berat dan lebih cepat
-      Angka penularan akibat gonnorhoea dari ibu yang terinfeksi ke bayinya sekitar 30 – 50%
*     Pencegahan
-      Cuci tangan terlebih dahulu
-      Bersihkan kedua mata segera setelah bayi lahir dengan kapas/sapu tangan halus yang telah dibasahi dengan air hangat.
-      Berikan salep mata tetrasiklin 1% atau salep mata eritromicyn 0,5% 1 jam setelah lahir
-      Cuci tangah
*     Tindakan
Adanya pus di mata BBL menunjukkan bayi menderita infeksi mata, oleh karena itu lakukan tindakan sebagai berikut:
-      Berikan antibiotik yang sesuai setiap hari selama 5 hari
-      Ajarkan pada ibu cara mengobati infeksi mata : cuci tangan.

B. BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
Pada umumnya bayi baru lahir mempunyai masalah yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Bercak mongol
2.    Hemangioma
3.    Ikterik
4.    Muntah dan gumoh
5.    Oral thrush
6.    Diaper rush
7.    Seborrhea
8.    Bisulan/furunkel
9.    Milliriasis
10.  Diare
11.  Obstipasi
12.  Infeksi
13.  Bayi meninggal mendadak

 C. KELAINAN-KELAINAN PADA BBL

Meliputi :
  • Gangguan pertumbuhan dan pembentukan organ tubuh anensefalo, ginjal, tunggal, mikrosefali, mikrofialmia (ukuran lebih kecil).
  • Gangguan penyatuan/fusi jaringan tubuh.  Misal : labiognatopalatoksis, spina bifida (celah pada tulang belakang).
  • Gangguan diferensiasi organ/alat. Misal : sindaktili, horse shoe kidney.
  • Gangguan menghilang/berkurangnya jaringan. Misal : divertikulum mickel, kista brachial, kista breoglosus, sakkus hernia inguinalis persisten dan lain-lain.
  • Gangguan ivaginasi jaringan. Misal : atresia ani, atresia vagina dan lain-lain.
  • Gangguan migrasi suatu alat. Misal : testis tidak turun, malrotasi usus, dll. 
  • Gangguan pembentukan saluran-saluran. Misal : hipospadia (saluran uretranya tidak di ujung glans penis), atresia esofagus, dll.
  • Reduplikasi suatu alat. Misal : polidaktili, double ureter, dll.
  • Hipertrofi suatu jaringan. Misal : stenosis piloris kongenital, hipertrofi adrenal, dll.
  • Pertumbuhan yang tidak terkendali. Misal : angioma.

D. Kelainan Kongenital
Etiologi :
·          Faktor genetik/kromosom
Misal : buta warna
·          Faktor mekanik/tekanan
Misal : kelainan tallipes (kaki membengkak) macam : tallipes.
·          Faktor infeksi
Misal : seorang ibu yang mempunyai penyakit rubella maka bayinya akan menderita penyakit katarak.
·          Faktor obat
Misal : talidamit ® menyebabkan kematian.
·          Faktor umur ibu
Pada ibu yang umur > 40 tahun bila hamil maka anak yang dilahirkan akan menderita penyakit mongolisme/sindrom down.
·          Faktor hormonal
Ibu pada DM (gangguan insulin) ® mikrosom.
·          Faktor radiasi
·          Faktor gizi
·          Faktor-faktor lain
Misal : hipoksia, hipotermi, hipertermi (kejang).




E. TRAUMA PADA BAYI BARU LAHIR
  • Perlukaan jaringan lunak
-      Perlukaan kulit.
-      Eritema, petekie dan ekimosis (sering terjadi pada persalinan persentasi muka).
-      Caput suksedaneum ® 2 – 3 hari hilang (benjolan pada kepala bagian luar).
-      Cephal hematoma ® sering pada partus dengan vacum/partus lama.
-      Perdarahan subponeurotik.
-      Trauma muskulus sterno kleidomastoideus.
-           Nekrosis kulit serta jaringan.
-           Perdarahan subkonjungtiva ® sembuh 1 – 2 minggu.
  • Perlukaan susunan saraf
-      Paralysis pleksus brakhialis (brachial palsy) ® lengan.
-      Paralysis nervus facialis (facial palsy) ® muka.
-      Paralysis nervus frenikulus  ® diafragma (gejala dispnea).
-      Kerusakan medulla spinalis ® terjadi pada letak sungsang, presentasi muka.
-      Paralysis pita suara ® terjadi gangguan suara/avonia.
  • Perdarahan intrakranial
-           Perdarahan subdural ® adanya tekanan mekanik pada thorax.
-           Perdarahan subpendial dan perdarahan intravertikuler.
-           Perdarahan subarachnoid ® terjadi pada bayi yang mengalami anoxia, premature.
  • Patah tulang
-           Fraktur klavikula
-           Fraktur humeri
-           Fraktur femoris
-           Fraktur tengkorak
  •  Perlukaan lain
-      Perdarahan intra abdominal


F. NEONATUS BERESIKO TINGGI
Bayi beresiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain. Istilah bayi beresiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa bayi memerlukan perawatan dan pengawasan ketat. Pengawasan dapat dilakukan beberapa jam sampai beberapa hari. Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari yang disebut neonatus. Hal ini disebabkan kondisi atau keadaan bayi yang berhubungan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim.
Penilaian dan tindakan yang tepat pada bayi beresiko tinggi sangat penting karena dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yang dapat menimbukan cacat/kematian.

G. Klasifikasi Bayi Beresiko Tinggi

Bayi resiko tinggi sering diklasifikasi berdasarkan berat badan lahir, umur kehamilan, dan adanya masalah pada fisiologi yang menyertai bayi tersebut. Secara umum, masalah fisiologi berkaitan erat dengan status kematangan bayi dan gangguan kimia (misalnya : hipoglikemia, hipokalsemia) dan konsekuensi dari ketidakmatangan organ dan sistem (misalnya : hiperbilirubinemia, sindrom gawat nafas, hipotermia).
Di bawah ini akan diuraikan penggolongan bayi resiko tinggi berdasarkan klasifikasi di atas :
1.       Klasifikasi berdasarkan berat badan
Semua bayi yang lahir berat badannya kurang dari 2500 gram disebut BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah).
a.    Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan < 1000 gram.
b.    Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan < 1500 gram.
c.    Bayi berat badan lahir cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1501 – 2500 gram.
2.       Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan
a.    Bayi premature adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum mencapai 37 minggu.
b.    Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38 – 42 minggu.
c.    Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu.
3.       Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan
a.    Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intra-uterin dengan berat badan terletak dibawah persentil ke 10 dalam grafik pertumbuhan intra-uterin.
b.    Bayi sesuai untuk masa kehamilan (SMK) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan yaitu berat badan terletak antara persentil ke 10 dan ke 90 dalam grafik pertumbuhan intra-uterin.
c.    Bayi besar untuk masa kehamilan yaitu bayi yang lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia kehamilan dengan berat badan terletak diatas persentil ke 90 dalam grafik pertumbuhan intra-uterin.
4.       Klasifikasi berdasarkan masalah patofisiologi
Semua neonatus yang lahir disertai masalah patofisiologis/mengalami gangguan fisiologis. Secara umum, masalah fisiologis berkaitan erat dengan gangguan kimia (misalnya : hipoglikemia, hipokalsemia) dan konsekuensi dari ketidakmatangan organ dan sistem (misalnya : hiperbilirubinemia, sindrom gawat nafas, hipotermia).

H.  KEGAWATDARURATAN 

Segala sesuatu yang berpengaruh tidak baik pada janin dan neonatus pada masa kehamilan dan sesudah melahirkan yang mengakibatkan terjadinya ganggu-an adaptasi dan juga bisa meninggal.

Kegawatdaruratan pada BBL

Kegawatdaruratan pada BBL, meliputi :
1.       Asfiksia neonaturum
2.       Sepsis neonaturum
       Yaitu masuknya kuman disertai dengan manifestasi klinis, misal : panas.
3.       Hipotermi
4.       Kejang
5.       Perdarahan

Pada asfiksia bayi perlu diresusitasi karena :
·          ± 10% BBL perlu bantuan untuk memulai pernafasan.
·          ± 1% BBL perlu resusitasi ekstensif.
·          90% BBL menjalani proses adaptasi tanpa masalah.
·          Asfiksia lahir menjadi penyebab ± 19% dari 5 juta kematian neonatus/tahun di seluruh dunia (WHO, 1995).

I. NEONATUS, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN PENYAKIT YANG LAZIM TERJADI 
Neonatus, bayi dan anak balita dengan penyakit yang lazim terjadi meliputi :
1.    Neonatus dan bayi dengan masalah serta penatalaksanaannya
Neonatus dan bayi dengan masalah meliputi :
a.    Bercak mongol
b.    Hemangioma
c.    Ikterik
d.    Muntah dan gumoh
e.    Oral thrush
f.    Diaper rush
g.    Seborrhea
h.    Bisulan/furunkel
i.     Milliriasis
j.     Diare
k.    Obstipasi
l.     Infeksi
m.   Bayi meninggal mendadak
2.    Asuhan neonatus dengan jejas persalinan
a.    Caput suksedaneum
b.    Cephalhematoma
c.    Trauma pada flexus branchialis
d.    Fraktus klavikula dan fraktus humerus
3.    Neonatus dengan kelainan bawaan, meliputi :
a.    Labioskisis dan labiopalatoskisis
b.    Atresia esofagus
c.    Atresia rekti dan anus
d.    Hirschprung
e.    Obstruksi biliaris
f.    Omfalokel
g.    Hernia diafragmatika
h.    Atresia duodeni
i.     Meningokel, ensefalokel
j.     Hidrosefalus
k.    Fimosis
l.     Hipospadia
m.   Kelainan metabolik dan endokrin
4.    Neonatus resiko tinggi, diantaranya :
a.    BBLR
b.    Asfiksia neonaturum
c.    Sindrom gangguan pernafasan
d.    Ikterus
e.    Perdarahan tali pusat
f.    Kejang
g.    Hypotermi
h.    Hypertermi
i.     Hipoglikemi
j.     Tetanus neonaturum
k.    Penyakit yang diderita ibu selama kehamilan.

BOUNDING ATTACHMENT

Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:

1. Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
  
2. Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.

3. Kontak mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.

4. Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
  
5. Aroma
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. 


6. Entertainment
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara. 

7. Bioritme
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. 

8. Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera.

Berhasil atau tidaknya proses bounding attachment ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut: 
a. Kesehatan emosional orang tua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini. 

b. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud. 

c. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.

d. Kedekatan orang tua ke anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya. 

e. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.

Namun demikian peran kehadiran seorang ayah dan anggota keluarga yang lain juga dibutuhkan dalam perkembangan psikologis anak yang baik nantinya. Beberapa hal yang dapat dilakukan seorang laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi seorang ayah, diantaranya :
  1. Ketika ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga karena dia akan mempunyai keturunan dan dia akan menjadi seorang ayah.
  2. Ketika bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan juga prihatin yang disebabkan oleh :  
  3. cemas akan biaya persalinan dan perawatan bayinya kelak 
  4. kekhawatiran adanya kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah tentang bagaimana perawatan bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain sebagainya. 
  5. Gelisah tentang kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan keberhasilannya sebagai seorang ayah) 
  6. Harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya maasalah jenis kelamin.
Standardisasi cara mengevaluasi interaksi orang tua – bayi telah dikemukakan oleh Gray dan asosiasinya pada tahun 1975.
Terdiri dari tiga observasi yang dibuat di ruang bersalin selama dan segera setelah bayi lahir dan kembali selama dua sampai tiga hari periode post partum. Nilai 1-4 diberikan dalam setiap observasi dan nilai tersebut dijumlahkan dalam setiap periode. Interaksi yang sangat positif akan memberikan nilai 10 sampai 12 untuk setiap periode. Interaksi sangat negatif akan memberikan skor 3-6. Konseling tindak lajut bagi orang tua dengan skor yang rendah merupakan indikasi untuk mencegah penyalahgunaan akan dan megajarkan cara pengasuhan anak.

  • Respon Orang Tua Terhadap Bayi Yang Baru Lahir
Kelahiran anggota keluarga baru dalam sebuah keluaga merupakan satu hal yuang membawa perubahan terhadap anggota keluarga lainnya. Mereka beradaptasi dan meneysauikan diri terhadap bayi yang baru dilahirkan. Berbagai perasaan dan tingkah laku mengalami perubahan, ada yang makin bahagia dengan kehadiran bayi namun tidak sedikit juga yang mengingkarinya. Sikap dan perasaan anggota keluarga tersebnut akan membawa pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi itu nantinya. Akan tetapi sebelum menghadapi respon terhadap bayi baru lahir, orang tua akan melalui suatu proses untuk menjadi orang tua.
Kelahiran adalah sebua momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu dan bayinya. Pada sat bayi dilahirkan adalah saat yuang sangat menakjubkan bagi seorang ibu ketika ia dapat meliha, memegang dan memebrikan ASI pada bayinya untuk pertama kali. Dana masa tenang setelah melahirkan disat inbu merasarileks, membenrikan peluang idela ujntuk memulai pembentukan ikatan batim. Seorang bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan yang banyak misalnya bayi dapat mencium,. Merasa, mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitive terhadapt suhiu dan sentuhan dan slama satu jam pertama setelah melahirkan mereka sangat wasapada dan siap untuk mempelajari duania bnru mereka.
Jika tidak ada komplikasi yang serius stelah bayi lahir dapat langsug diletakkan di atas perut ibu , kontak segera ini akan sangat bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya telah terjadi sejak masa kehamilanndanpada saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat menfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orang tua kepada anak dapat terjadi.
Bonding attachment terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antar ibu, ayah-anak dan berada dalam ikatan kasih. Menurut Brazelton (1978). Bonding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antara individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka bertemu. Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan aidividu lain. Sedangkan menurut Nelson dan May (1996) attachment merupakan ikatan antara individu meliputi penncurahan perhatian serta adanya hubugna emosi dan fisik yang akrab. Menurut Klaus, kenell (1992), bonding attachment bersifat unik, spesifik, dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapt terus berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak terlihat/
Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan areksi (kasih saying) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir sendangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.Menurut MATERNAL NEONATAL HEALTH.
Bonding attachment adalah kontak dini secara lngsung natara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan postpartum.
Prakondisi yang mempengaruhi ikatan(mercer, 1996), yaitu:
  1. kesehatan emosional orang tua
  2. sistem dukungan social yang meliputi pasangna hidup, teman dan keluarga
  3. suatu tigkat keterampilan alam berkomunikasi dan dalam member asuhan yang kompeten
  4. kedekatan orang tua dengan bayi
  5. kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan, temperamen, dan jenis kelamin)
Tahap-tahap bounding attachment
  1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
  2. Bounding (keterikatan)
  3. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan indivudu lain
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan. Elemen-elemen bounding attachment meliputi: 
1. Sentuhan 
Sentuhan, atau indera peraba, dipakai seara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru loahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni pengasuh memulai eksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya. Gerakan ini dipakai menenangkan bayi. 
2. Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak wktu utuk salaing memandang. Beberap ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat degan bayinya 
3. Suara
Saling mendenganr dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Sedangkan bayi akan menjadi tenag dan berpaling kea rah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi. 
4. Aroma
Perilaku lain yang terjalaina antara orang tua dan bayi ialah respons terhadap aroma / bau masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya. 
5. Entertainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraaan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikut nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mula berbicara. Irama ini berfungsi member umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif. 
6. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibuya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan member kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu sat bayi mengembangkan perilaku yang responsive.
Hal ini dapat meningkatkan interaksi social dan kesempatan bayi untuk belajar.
a. Kontak dini
Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting hubungan orang tua-anak. Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini:
  1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat
  2. Reflek menghisap dilakukan dini
  3. Pembentuk kekebalan aktif dimulai
  4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak
 Body warmth (kehangatan tubuh)Ø
 Waktu pemberian kasih sayangØ
 Stimulasi hormonalØ
Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment
a. Menit pertama jam pertama
b. Sentuhan orang tua pertama kali
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis
d. Terlibat proses persalinan
e. Persiapan PNC sebelumnya
f. Adaptasi
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membangut dalam member kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta member rasa nyaman
h. Fasilitas untuk kontak lebih lama
i. Penekanan pada hal-hal positif
j. Perawat meternitas khusus (bidan)
k. Libatkan anggota keluarga lainnya
l. Informasi bertahap mengenai bounding attachment
Dampak positif bounding attachment
- Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social
- Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
Hambatan bounding attachment
- Kurang support sistem
- Ibu dengan risiko
- Bayi dengan risiko
- Kehadiaran bayi yang tidak diinginkan 

  • RESPON AYAH DAN KELUARGA
Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian terbesar dari keluarganya yang terdiri dari dua orang. Aktivitas siang hari dimana mudah disesuaikan dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan dan hubungan seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam perwatan anak dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak. Sebagai akibat, pasangan menjadi lebih dekat.
Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah tidak mengandung si bayi selam 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Di satu pihak, sang ayah ungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain ini adalah bayinya juga.
Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira serta gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke permukaan menghilangkan kekhwatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat baka ini salam 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah.
Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya, saat istrinya melahirkan di rumah sakit, ayah mungkin di tempatkan di dalam ruang rawat gabung sampai waktunya membaw pulang bayi ke rumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaaan juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman emonsional dengan istirnya.
Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah dapat dan harus membantu memakaikan popok, memandikan dan membuat senang bayi. Kebalikan dengan sterotype kuno, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan eksklusif wanita.
Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari mengurus rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah tangga hanya untuk menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan dengan perasaan bahwa sudah selayaknya menerima tanggung jawab di dalam rumah yaitu merawat anak dan rumah tangga sehari-hari. 
  •  SIBLING RIVALLY
Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan anak adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupkan waktu ideal bagi anak-anak untuk memahami darimana bayi berasal dan bagaimana bayi itu dilahirkan.
Anak mungkin memiliki reaksi campuran terhadap adik baru, bergairalah karena mendapat teman bermain baru, takut akan ditelantarkan dan sering kecewa ketika sang adik tidak mau segera bermain. Akan tetapi persaingan sengit yang ditakutkan oleh banya orang tua bukan tidak dapat dihindari. Temperamen anak tertentu itu dan cara orang tua memperlakukan anak adalah faktor kunci yang menentukan seberapa besar persaigan yang terjadi di antara saudara kandung.
Tidak mudah memang untuk menjaga keseimbangan yang tepat antara menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi baru dan membantu anak yang lebih besar mengatasi perubhahn itu. Usahakan agar anak yang lebih besar mendapat beberapa keistimewaan, mungkin dengan waktu tidur lebih larut atau waktu khusus untuk perhatian yang tidak terbagi untuknya. Pastikan pula bahwa anak yang lebih kecil dilindungi dari perlakuan marah dan suka memerintah dari anak yang lebih besar, lebih kuat dan lebih pandai.
Percekcokan yang bercampur dengan permainan yang menyenangkan adalah pola yang lazim di antara kakak dan adik. Tidak bijaksana bila kit mengharapkan seseorang anak selalu bertindak adil menurut standar orang dewaasa. Barna gkali lebih baik mengajar semua anak karena tidak bertengkar atau memarahi mereka semua ketika mereka berkelahi daripada mencoba menyelidiki siapa yang benar dan siapa yang salah. Walaupun tanpa bisa dihindari sekali waktu mungkin bertindak berlebihan, waspadalah agar seorang anak jangan selalu diberi dukungan dengan mengorbakan anak lain.
Jika saudara kandung adalah anak prasekolah, dia akan lebih dapat lebih memahami apa yang sedang terjadi. Dengan mempersiapkan dia selama kehamilan, orang tua dapat membantu mengurangi kebingungan atau rasa irinya. Dia dapat memahami fakta dasar dari situasi tersebut dan dia kemungkinan akan sangat ingin tahu tentang orang yang ingin dia ketahui ini.
Begitu bayi lahir, anak yang lebih besar mersa kehilangan orang tuanya dan marah karena bayi akan menjadi pusat perhatian baru. Tetapi dengan memuji dia karena telah memabtu dan bertindak seperti “orang dewasa” akan membuat anak tahu bahwa dia juga mempunyai peran baru yang penting untuk dimainkan. Pastikan bahwa anak mendapatkan waktu menjadi “orang penting” dan diizinkan menjadi “bayi” sewaktu dia merasa perlu. Selain itu sering diberikan kesempatan agar dia tahu bahwa ada scukup ruang dan cinta kasih dalam hati orang tua untuk mereka berdua.
Jika saudara kandung sudah memasuki usia sekolah, dia mungkin tidak lagi merasa terncam oleh pendatang baru dalam keluarga. Bahkan kemungkinan besar dia kagum dengan proses kehamilan dan persalinan, serta ingin sekali bertemu dengan bayi yang baru.